Posted on Senin, 21 Des 2020 09:33 WIB
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie menilai tepat penggabungan usaha (merger) tiga bank syariah milik Himbara, karena sesuai arahan yang disampaikan organisasi itu, pada beberapa tahun lalu.
“ICMI mendukung penuh pendirian bank syariah hasil merger yang bernama PT Bank Syariah Indonesia Tbk,” kata Jimly melalui keterangan tertulis yang diterima Minggu (20/12/2020).
Jimly mengatakan, kehadiran Bank Syariah Indonesia patut disyukuri karena menjadi bukti bahwa integrasi bisnis industri perbankan syariah bukan hal yang mustahil diwujudkan.
“Bagus, kami bersyukur karena itu kan sudah saran kami dua tahun lalu. Memang bagus karena mengintegrasikan semua bank syariah milik pemerintah, daripada terlalu banyak. Setidaknya itu mengintegrasikan, menerpadukan semua sehingga menjadi terpadu,” jelas Jimly.
Proses merger Bank Syariah Indonesia hingga kini masih berlangsung. Entitas hasil merger PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank BRIsyariah Tbk, direncanakan terbentuk efektif, pada 1 Februari 2021.
Saat ini, akta penggabungan ketiga bank syariah milik Himbara telah ditandatangani oleh direksi masing-masing bank. Penandatanganan dilakukan pasca RUPSLB untuk menyetujui merger dilakukan masing-masing bank pada pekan lalu.
“Market share dari keuangan syariah itu juga bisa diperluas (akibat merger bank syariah). Sejak awal ICMI sudah menyarankan, saya sudah bicara dengan Wapres Jusuf Kalla waktu itu, saya juga bicara dengan Presiden Jokowi,” kata Jimly.
Pandangan serupa disampaikan pengamat ekonomi dan dai asal Solo, Jawa Tengah, Ustaz Wijayanto. Dalam sebuah diskusi daring yang diselenggarakan pada Jumat (18/12/2020) lalu, Wijayanto menyebut kehadiran bank syariah hasil merger sebagai hal yang luar biasa.
Dia mengimbau masyarakat, khususnya pemeluk agama Islam, untuk menerima kehadiran Bank Syariah Indonesia. Keberadaan bank tersebut dianggap menjadi jalan keberkahan dan menjadi jaminan agar masyarakat tidak lagi merasa takut dan sedih jika hendak bertransaksi keuangan melalui lembaga perbankan.
“Orang Islam harus ahlan wa sahlan. Sikap kita kalau ada sesuatu yang berkaitan dengan syariah maka kita harus menerima, karena itu jalan keberkahan. Dengan syariah ada jaminan. Sekali lagi, kita harus welcome sebagai orang Islam, dan harusnya prospek karena orang Islam semuanya harus ikut syariah. Karena dengan syariah, satu, ada keberkahan. Kedua, akan tinggi derajatnya. Ketiga, akan ada jaminan dia tidak sedih dan dia tidak takut. Jadi dengan adanya bank syariah ini luar biasa,” katanya.
Bank merger syariah nantinya memiliki aset total Rp 214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun. Jumlah tersebut menempatkan bank hasil merger masuk daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan Top 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.
Entitas hasil merger nanti bernama PT Bank Syariah Indonesia Tbk dan berstatus sebagai perusahaan terbuka. Berdasarkan susunan pengurus yang sudah ditetapkan, bank hasil merger akan dipimpin oleh Hery Gunardi selaku direktur utama. Hery akan didampingi dua wakil direktur utama yakni Ngatari dan Abdullah Firman Wibowo serta 7 pejabat direktur lainnya.
Bank Syariah Indonesia akan melayani seluruh segmen masyarakat dan nasabah, mulai dari kelompok ritel, UMKM, wholesale, dan investor global. Untuk menjangkau pendanaan dan melayani investor global, Bank Syariah Indonesia berencana memiliki kantor representasi di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), setelah beroperasi nanti.
(Sumber: BeritaSatu.com)